Menjaga Generasi Muda
Ada bermacam-macam cara dalam mengungkapkan rasa
bahagia yang bersarang di dalam hati. Ada yang mengucapkan hamdalah dan itu
baik baginya. Ada pula yang melakukan banyak amalan sunnah disamping amalan
wajib sebagai bentuk kesyukuran atas nikmat Allah yang begitu banyak padanya.
Tentu, itu juga baik baginya. Begitupun dengan berbagai pengungkapan rasa
bahagia yang diekspresikan oleh pelajar-pelajar SMA yang baru saja menyelesaikan ujian nasionalnya. Namun, di
antara ekspresi tersebut, ada yang membuat miris dan prihatin akan masa
depan generasi umat dan bangsa karena perbuatan-perbuatan yang ditunjukkan oleh
para pelajar kita. Berkeliling kota dengan iring-iringan motor. Menggeber
gas motor, mengabaikan keselamatan diri dan pengguna jalan lainnya. Tidak hanya
itu, Harian Tribun Timur juga memberitakan bahwa pelajar kita mengungkapkan rasa senangnya dengan bertelanjang di tengah jalan yang
disaksikan oleh masyarakat dan teman-temannya. Bahkan, JPNN memberitakan, usai
mengikuti ujian nasional, para pelajar menggelar pesta seks di kawasan objek
wisata Pantai Muara Kencan, di Desa Pidodowetan, Patebon Kendal, Jawa Tengah.
Astaghfirullah!
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemuda
Sekumpulan masalah generasi muda tersebut tentu
didalangi oleh beberapa penyebab penentu. Dako (2012, kenakalan remaja) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa ada empat hal yang bisa menyebabkan sehingga
anak menjadi/cenderung nakal, yaitu: pertama, karena kurangnya pengawasan
orangtua (keluarga) dalam mendidik dan mengawasi perkembangan anak; kedua, teman
bermain; ketiga, lingkungan sekolah/masyarakat; dan terakhir media massa.
Jauh-jauh hari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam telah memberikan kita pengarahan mengenai permasalahan ini.
Didikan Orangtua
Faktor ini merupakan faktor terpenting dari berbagai
faktor yang ada. Bahkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan
pada fithrah (Islam)nya. Kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menjelaskan kepada
kita bahwa peran orangtua sangat penting dalam menjadikan anak-anaknya saleh
atau tidak.
Mendidik anak tentu bukan hanya sekadar perkataan. Namun, didikan yang paling baik yaitu memberikan teladan dengan perbuatan-perbuatan kebaikan. Tak hanya sampai di situ, doa orangtua kepada anaknya mutlak diperlukan. Bagaimana tidak, salah satu doa mustajab (dikabulkan oleh Allah) adalah doa orangtua kepada anaknya (HR. Abu Daud). Maka, doa-doa kebaikan hendaklah selalu dilantunkan oleh kedua orangtua untuk anaknya. Kemudian, memperhatikan makanan anak agar senantiasa terjaga kehalalannya serta menjauhkannya dari hal-hal yang merusak akhlaknya juga mutlak harus dilakukan.
Mendidik anak tentu bukan hanya sekadar perkataan. Namun, didikan yang paling baik yaitu memberikan teladan dengan perbuatan-perbuatan kebaikan. Tak hanya sampai di situ, doa orangtua kepada anaknya mutlak diperlukan. Bagaimana tidak, salah satu doa mustajab (dikabulkan oleh Allah) adalah doa orangtua kepada anaknya (HR. Abu Daud). Maka, doa-doa kebaikan hendaklah selalu dilantunkan oleh kedua orangtua untuk anaknya. Kemudian, memperhatikan makanan anak agar senantiasa terjaga kehalalannya serta menjauhkannya dari hal-hal yang merusak akhlaknya juga mutlak harus dilakukan.
“Setiap engkau adalah pemelihara,” Kata Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, “dan setiap engkau akan dimintai pertanggungjawaban
mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang pemimpin
adalah pemelihara, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi
tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang laki-laki juga pemelihara dalam
keluarganya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi
tanggung jawab pemeliharaannya. Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam
rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi
tanggung jawab pemeliharaannya.” (HR. Bukhari).
Lingkungan Sekolah
Tanggung jawab orangtua selanjutnya yaitu memilihkan
lingkungan yang tepat bagi anak-anaknya baik lingkungan masyarakat apatah lagi
lingkungan sekolah. Apa jadinya adab dan akhlak seorang anak apabila
disekolahkan di sekolah yang tidak menjadikan
agama sebagai prioritasnya? Betapa sedihnya pula ketika kita mendapatkan para
pelajar kita hanya disuguhkan dua jam pelajaran agama dalam sepekan untuk
mengisi ruh mereka.
Maka kita dapati para pelajar kita sekarang menjadikan
tujuan mereka belajar sekadar untuk mendapatkan materi dan tidak menjadikan niatnya belajar sebagai wasilah dakwah dalam
menegakkan kalimah Allah. Kita dapati pula akhlak para pelajar kita sungguh
jauh dari teladan Rasul dan para sahabatnya. Seperti kasus di atas, apabila
mereka benar-benar disuguhkan pendidikan agama dengan porsi yang cukup, maka
kita tidak akan pernah mendapatkan para pelajar kita melakukan perbuatan-perbuatan
tidak senonoh tersebut. Maka jelas, menjadi kewajiban orangtua untuk
menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah yang menjadikan Islam berdasarkan
pemahaman salafussaleh (generasi sahabat Rasul dan setelahnya) sebagai dasar
dalam pembentukan akhlak dan moral.
Teman Sepermainan
Orangtua sangat perlu untuk mengarahkan anak-anaknya
mencari temannya yang baik dari segi akhlak dan agamanya. Berapa banyak orang
yang tersesat hanya gara-gara ajakan dan hasutan temannya untuk melakukan
kejahatan. Bahkan, jauh-jauh hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengingatkan,
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya.
Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud
dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Beliau bahkan memberikan permisalan bagi kita dalam memilih teman bahwa,
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk
ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak
wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak
wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya.
Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan
kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Pengaruh Media
Media massa baik berupa media cetak maupun media
elektronik sejatinya merupakan media untuk mencerdaskan kehidupan umat dan bangsa sebagai cita-cita negara ini. Namun,
cita-cita itu tidak sepenuhnya terselenggara dalam kondisi realitas yang ada.
Media lebih banyak menjajakan syubhat dan syahwat.
Kita pun dapati para pemuda kita sekarang lebih akrab dengan gadget-nya daripada mengakrabi al-Qur'an. Kita dapati mereka begitu serius membaca aneka status, berbagai foto yang mengumbar aurat, dan konten-konten lainnya yang tersaji penuh warna di media sosial seperti facebook, twitter dan lainnya daripada sekadar membaca dan mentadabburi ayat-ayat al-Qur'an.
Kita pun dapati para pemuda kita sekarang lebih akrab dengan gadget-nya daripada mengakrabi al-Qur'an. Kita dapati mereka begitu serius membaca aneka status, berbagai foto yang mengumbar aurat, dan konten-konten lainnya yang tersaji penuh warna di media sosial seperti facebook, twitter dan lainnya daripada sekadar membaca dan mentadabburi ayat-ayat al-Qur'an.
Akhirnya, bahasa, busana, musik, tata cara, dan sebagainya (karena propaganda media) yang berasal dari luar walaupun tidak sesuai budaya, tuntunan agama, dan adat ketimuran akan ditiru habis-habisan oleh mereka. Pemuda saat ini seakan telah bertransformasi menjadi generasi pembeo budaya-budaya asing yang masuk begitu deras seiring dengan derasnya arus globalisasi. Padahal, kita memiliki begitu banyak generasi salaf yang sangat pantas untuk kita teladani dan mengikuti setiap kebaikan mereka.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahkan sudah mewanti-wanti sejak dahulu,
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. abu
Daud).
Bahkan dengan tegas beliau bersabda,
“Bukan dari golongan kami orang yang mengamalkan
sunnah selain kami.” (HR. Ad-Dailami dan dihasankan oleh Syaikh Albani).
Semua ini, jelas merupakan dalil pengharaman untuk mengikuti tradisi-tradisi orang-orang kafir yang berseberangan dengan syariat Islam.
Harapan buat pemuda
Seorang pemuda hendaknya selalu menjadikan proses menuntut ilmunya dalam rangka mencari ridha Allah. Maka dari niat yang ikhlas itu maka Allah akan memberikan keberkahan ilmu baginya. Olehnya, Para Pemuda haruslah mengikuti jalan-jalan para salafussaleh dalam mengarungi kehidupan di dunia yang penuh fitnah ini. Sejatinya, setiap ilmu yang mereka peroleh hendaknya dijadikan bekal untuk melakukan perbaikan umat dan bangsa. Serta, sudah sepantasnya pulalah bagi para pemuda untuk menghiasi hidupnya dalam ketaaatan kepada Allah. sehingga kelak termasuk dalam golongan yang mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Salah satunya adalah “...Pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Rabb-nya...” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wallahu a’lam.[]
Oleh: Ibnu Qadri
(Dimuat di Buletin Dakwah al-Balagh edisi 27 Tahun X 1436 H)
albalaghmedia.com